Jaga Image

Story ku Titik-Titik

Setiap kali membuka instastory atau whats app story pasti ada saja hal yang diabadikan setiap orang,  baik foto maupun video tentang aktivitas mereka. Mungkin karena terlalu sering melihatnya, sering aku bingung dengan setiap postingan video lagi nongkrong atau ngasi tau keberadaan mereka yang lagi melakukan hal lucu atau sedih, kenapa ya, story nya bisa sampai titik-titik gitu.


"Hai guys, kita lagi di sini nih.."


Atau sekedar manggil teman sambil say hello terus balik in lagi kamera nya dan senyum sendiri di kamera, cukup sampai di situ ceritanya. Oke aku makin bingung.


Pernah beberapa kali aku menanyakan hal itu pada teman-teman yang memiliki kepercayaan diri yang buat aku kadang iri enggak bisa se pede mereka.


(Pakai nada merasa tak berdosa)


"Kok bisa pede gitu sih buat story kayak gitu? Ajarin donk?"


And you know what, mereka bilang apaan "gpp, seneng aja"


Sampai disini kita sama-sama paham kan kalau perhatian dari netizen lebih berharga dari perhatian dia yang cuma nanya lagi apa. Tapi cukup sering aku menanyakan hal itu, sampai sekarang belum dapat aja gitu feel untuk buat story begituan. Pernah sekali nyobain tapi cuma semenit doang karena sadar muka enggak terkondisikan di depan kamera.


2 hari lalu, pertanyaan ini sempat mendarat pada seseorang yang cukup wibawa untuk setiap story media sosialnya, sesekali menanyakan hal ini pada orang yang mungkin hampir seumur hidup medsos nya cuma nge repost atau post gambar hitam putih terus di kasi kata-kata bijak, wetss.. bisa ketawa nih kalau ada yang tau beliau siapa.


Jawabannya agak berbelok arah dari jawaban orang-orang sebelum nya. Dia mengatakan bahwa "semua orang butuh pengakuan diri dari orang lain, namun tidak semua dari kita punya wadah untuk show off, story media sosial jadi tempat bagi mereka yang tidak memiliki wadah langsung di hadapan orang"


Mungkin saja story mereka bukan sekedar ingin di share, namun mungkin saja mereka ingin di respon oleh orang yang melihat Postingan mereka. 


Sambung beliau tentang pertanyaan ku yang bingung "mengapa sebagian lainnya enggak melakukan hal itu?"


Jawaban dia "mereka memilih sadar tentang beban besar"


Nada jawab nya cukup datar, tapi nampar!!


Well, aku paham mengapa mereka yang saat ini memiliki beban itu memilih untuk menjadikan media sosial cukup sebagai media informasi. Sadar jika menjaga image juga menjadi cara untuk membantu orang lain memahami bagaimana mereka harus berkomunikasi dengan kita, baik kondisi formal maupun non formal.


Contoh sederhana, apa rasanya kalau Presiden lagi tik tokan sambil joget terus di lihat sama masyarakatnya, enggak ada yang salah kan dengan tik tok atau pun jogetan? Tapi itu akan merubah persepsi masyarakat tentang pribadi Presiden yang menjadi panutan masyarakat, silahkan definisikan sendiri hal ini.


Tulisan ini jujur enggak ada maksud apapun untuk menyudutkan kamu atau siapapun. Setiap orang punya hak untuk mengabadikan setiap moment berharga hidupnya, apalagi jika niat membagikan nya adalah untuk membuat orang lain juga ikut bahagia, lanjutkan!!


Khusus untuk kamu yang menjadi stakeholder bagi orang lain, aku tunggu postingan nongkrong mu sambil diskusi tentang masa depan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Barbie Land

Lili Putih

Jodoh Seorang Aktivis