Titik Jeda Berakhir

Malam sedang menghantar kan hujan untuk menemani sisa mimpi yang tertinggal dari runtuhan perjuangan. Kana tau ini akan segera berakhir. Laju motor ia percepat melalui setiap sudut cahaya lampu redup di lorong jalan sepi dengan hembus angin sejuk hari itu.


Waktu menunjukkan hampir tengah malam, persimpangan henti itu hanya tampak sedikit mata yg masih fokus memandang hitungan mundur lampu merah yang terus bergerak. Mata Kana memandang jauh ujung jalan yang masih harus di lalu separuh perjalanan pulangnya.


Hingga tarikan suara motor itu mulai memelan menuju teras rumah yang telah basah di guyur hujan rintik. Memutar kunci paling pelan agar tidur ayah dan ibu nya tak terusik kepulangan anaknya.


Pintu kamar menjadi kebisingan berikutnya yang harus Kana redam guna tak membuat lelap ayah dan ibunya terganggu. Menutup nya kembali dengan perlahan, sambil mencoba mengisi kembali kehidupan kamar gelap dan sunyi yang ia tinggalkan sejak petang hari. 


Jaket itu masih saja menusuk bekas dingin hujan, sambil duduk di tempat tidur usang bekas kakeknya yang sudah rapuh. Kamar sempit itu nyatanya tak mampu membuat Kana merasa hangat, meraih selimut untuk membuatnya sedikit tenang untuk menghela nafas yang tertahan sesak sejak hujan membasahinya di jalan.


Kana faham, sejak perjalanan hening itu pelupuk matanya ikut menantang hujan membasahi nya hingga ke rumah. Mata Kana menjadi pemenang, air mata itu masih saja membasahi wajah lelah nya. Iya, Kana sadar ia lelah, tapi Ia bukan ahli menunjukkan kecewa.


Sejenak Ia terduduk diam, dalam lamunan Ia coba mengingat nama yang belum terkalahkan oleh rasa ngantuk malam itu. Seseorang yang sejak lama telah mengetahui bahwa Kana memang tak baik-baik saja. Suara pembuka malam itu menjadi tanda bahwa Kana ingin selesai.


Entah mengapa matanya terus menantang hujan, seakan mengabari lewat telfon jika Ia mengharapkan kehadiran sosok itu. Menguatkan nya untuk tetap mengatakan pada semesta, Ia bukan Kana yang lemah.


Telfon itu di tutup dengan pesan singkat dari sosok penguat hidupnya.


"Aku tau kamu capek, tidur ya"


Kana memang mengaku kalah malam itu, namun Ia menakluk kan waktu untuk lebih awal terlelap dalam tidur nya. Kini hanya mimpi yang Kana percaya untuk menemani nya, seakan hanya mimpi dan tidur yang tak akan mendustai dirinya.


Kana hampir selesai..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Barbie Land

Lili Putih

Jodoh Seorang Aktivis