Jodoh Seorang Aktivis

                     

Setiap individu akan bertemu pada fase dimana mereka akan merasa “malu mengungkap tapi kuat di niat”, fenomena ini sering disebut fase quarter life crisis. Tahap kehidupan seseorang dipaksa untuk mandiri walaupun rasa untuk bergantung itu tetap ada. Ditambah, bakalan banyak pertanyaan yang hadir, salah satunya tentang tanggal pernikahan..boom

Oke..sampai disini, kalau ada yg enggak kuat baca nya, silahkan di skip.

Lanjut ya, di usia 20 tahun ke atas akan banyak pertanyaan dan jodoh yg ditawarkan dari sepupu ini lah, kerabat jauh lah atau bahkan teman pas sekolah yang mamaknya masih saling chat di wa grup alumni sekolah anaknya.

Percaya ngk? Here we go, welcome in quarter life crisis guys..

Pertanyaannya, kita yang di masa sekarang masih jomblo dan di sibuk kan dengan dunia aktivis, apa bakalan siap suatu saat harus betah dirumah dan mengurus keluarga selama 24 jam setiap hari nya ?

Bagi kita yang masih powerfull berorganisasi pasti langsung berfikir bakalan cari jodoh yang aktivis juga, biar enak izin kegiatan organisasinya.

Sulit memang untuk masuk pada fase pernikahan, terlebih jika kita sebagai  aktivis sudah terbiasa dengan jadwal harian yang enggak nentu. Apa lagi kalau ada kegiatan organisasi, mungkin sibuknya bisa sampai enggak pulang ke rumah. Tentu ketika menikah, hal itu tidak bisa kita lakukan lagi dengan alasan bahwa kehidupan berumah tangga itu harus saling bertanggung jawab.

Kodrat seorang suami untuk memberi nafkah dan istri mengurus rumah tangga serta anak, mungkin menjadikan kita sejenak berkhayal. Apa mungkin kita punya waktu untuk kembali ke dunia aktivis setelah menikah ?

Sejatinya tidak ada masalah ketika jodoh kita nanti seorang aktivis atau bukan. Ini hanya tentang pilihan dan komunikasi. Bagaimana kita mampu menjelaskan tentang latar belakang masing-masing. Terlebih jika calon kita bukan dari kalangan aktivis.  Karena bagi mereka, dunia aktivis ini sedikit sulit untuk masuk di akal dan seringkali menghabiskan waktu yang banyak di luar rumah, sehingga bisa jadi melupakan kehidupan rumah tangganya.

Lalu, apa pernikahan akan mengakhiri dunia aktivis kita ?

Mulailah untuk coba komunikasikan segala hal yang akan dipersiapkan untuk memasuki fase ini. Masa ta'aruf jadi perantara yang halal bagi kita yang akan masuk dalam kehidupan rumah tangga.
Sebisa mungkin untuk membuat dia mendukung atas apa yang telah jadi bagian dari hidup kita. Jika si dia tidak bisa menerima, menolak dan membatasi kita. Boleh saja bagi kita untuk tidak memilih dia sebagai jodoh kita.

Intinya, komunikasikan hal tersebut serta kondisi kan diri kita sesuai dengan kebutuhan hidup di masa depan. Jangan lupa juga, putuskan segala hal dalam kehidupan itu secara bersama-sama.
Tulisan ini untuk kamu yang terus memantaskan diri untuk dia yang masih di rahasia kan Allah SWT. Yang jelas, masih ada waktu untuk kita terus belajar dan menguatkan keimanan, agar jodoh kita enggak salah alamat.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Barbie Land

Lili Putih