Melati [lembar baru]




Sukma dan lara ini membuka jiwa yang dipenuhi oleh rasa untuk coba di ulang. Memutar titik yang sama dengan garis takdir yang berbeda. Ilusi mimpi yang bangkit dari tidur panjangnya, membawa beserta luka yang memaksa kembali tergores dari rasa bahagia yang terkunci oleh harapan tentang mu. 


Halaman itu sudah lama ku ganti, memindahkan lembar usang ke lembar putih tanpa tau luka mana lagi yang akan sengaja memggoresnya. Ada banyak bait suara hati dari diri tentang cara menerima kembali hadirnya Khalifah Tuhan. 


Semua seakan menjadi teka teki yang pada akhirnya aku mengaku kalah untuk menerka doa siapa yang menghantar kan mu di lembar baru ku. 


Jauh dari sekedar sapa, semesta lebih dulu mengenalkan mu dari detik sepersekian atas doa pada setiap sujud hamba-Nya. Langit tampaknya ingin mengabarkan bahwa restu Tuhan telah sampai di angan, menjadikan rintikan hujan sebagai isyarat untuk mengerti bahwa sosok itu telah datang.


Kamu tau? 


Aku sudah terlalu lelah mengindahkan nama untuk menjadikan nya sempurna, lalu seketika waktu memaksa semua nya untuk ku hapus dari kisah laluku. 


Malu rasanya untuk mengulang doa yang sama pada ciptaan Nya yang berbeda, aku sedang tidak ingin bermain, luka ini pun hanya ingin sembuh pada waktunya. Maaf tapi aku tidak pandai dalam menutupi prasangka, aku juga tidak pandai untuk melirih setiap isyarat nyawa yang terus terusik.


Mimpi itu masih tergantung di sudut penantian. tidak ada yang sedang aku tunggu, aku mengerti bahwa Tuhan benci mengatakan aku lemah dengan sentuhan angan yang baru saja ku genggam.  


Aku memahami mu untuk masa depan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Barbie Land

Lili Putih

Jodoh Seorang Aktivis