Upgrade Niat dan Semangat

Ternyata tulisan tentang ikatan merah ini bersambung ke part 2. 


Ungkapan ini sebenarnya ingin jadi sebuah pertanyaan, tapi kita coba diskusi di tulisan ini dulu ya. Aku pingin tau, gimana ikatan merah ini berprogres untuk sebuah tujuan pasca recruitment.


Senin, 18 Januari 2020 menjadi hari bagi kader IMM Kota Pontianak memulai misi kepedulian atas dasar kemanusiaan. Inget banget waktu malam sebelum donasi ke water front, kabid kader membuka diskusi dengan tagline IMM Care. Sebagai kader yang baru di DAD, tagline itu seakan jadi isyarat jelas kalau kader basis mahasiswa dengan segala kegalauan kuliah dan dunia perantauan, masih cukup tanggap dengan isu bencana yang ada di sekitar.


Hampir 1 pekan, amatan ku tertuju pada kegiatan donasi yang intens dilaksanakan oleh mereka. Sebenarnya bingung sekaligus salut banget sama mereka, semangat untuk menolong sesama itu selaras dengan lirik awal Mars IMM "Ayolah, ayo, ayo..." ya pokok nya ayo aja !!!


Sampai pada malam puncak dengan mengusung konsep konser amal, malam Ahad itu seakan merubah suasana satu sisi taman Digulist menjadi ruang terbuka untuk mengajak siapapun yang ada di sana untuk memberi sedikit titipan Allah SWT kepada korban bencana alam.


Sepekan itu akhirnya hadir 1 pertanyaan "IMM sekarang banyak banget ya kegiatannya?"


Pertanyaan ini terlintas aja sih, tapi dari pertanyaan itu lah muncul pertanyaan lain yang seketika membawa kembali ingatan kegiatan DAD Akbar hingga 2 gelombang. Untuk sebagian dari mereka yang sudah lama berkecimpung di dunia pelatihan, fasil atau instruktur serta bidang kader pastinya sudah tidak asing dengan bahasa proses perkaderan formal dan non formal. 


Ibarat menanam padi, masa-masa terberat memulai itu pasti tentang bagaimana bertahan di segala kondisi untuk sebuah hasil yang baru bisa dirasakan 2 atau 3 tahun kedepan, sampai pada akhirnya berhenti di masa Padi (Kader Muda) itu bisa di panen. Layaknya perkaderan, aku coba memahami dan mengikuti alur setiap proses perkaderan di ikatan merah dengan fokus terhadap beberapa hal yang menjadi kunci dari perkaderan ini. Membuka komunikasi dasar dan receh tentang hal sederhana di kehidupan mahasiswa dengan segala dilema tanpa batas. 


Aku cukup merasakan euforia yang tengah membakar semangat mereka ber IMM saat ini, tidak di pungkiri progres kader IMM saat ini mulai di lihat oleh sebagian besar majelis dan ortom. 


Terlepas dari pendapat orang yang bilang, "Halah.. mereka tuh bah banyak kegiatan karena kuliah online, nanti kalau udah kuliah normal palingan sibuk sama kuliah " . 


Untuk saat ini, rasanya IMM cukup memastikan semangat dan niat kader-kader bisa ter upgrade menjadikan IMM sebagai kebutuhan bukan sekedar tempat saat ada waktu luang. 


Aku pernah di ingetin sama senior ku yang bilang kalau nanti kami sudah ada di masa saat kader baru hadir tanpa bisa di hitung jumlahnya, maka capek kami itu harus di up grade ke capek dengan versi yang beda. Masih dengan filosofi Padi, semua orang suka nasi dan pasti membutuhkannya. Tapi, kita pasti bosen kalau sering-sering makan nasi? Iya kan? Maka ada banyak resep olahan nasi, nasi goreng, nasi kuning, nasi uduk dan teman-teman sepernasian. Perumpamaan itu related banget dengan kondisi kader IMM yang sudah sekitar 2 bulan ini ku pantau. Mengkader mereka lewat perkaderan non formal sebagai bentuk apresiasi dan pencarian identitas diri mereka di organisasi, rasanya saat ini sudah lebih dari kata sangat baik. 


Namun, kader juga manusia yang punya titik jenuh. IMM saat ini sudah sedikit lega dengan tahap perkaderan yang mulai stabil, kini saatnya "capek" nya perkaderan itu di up grade ke "capek" dengan versi beda yaitu tahap mensistemasi proses pasca perkaderan. Bisa di bilang, IMM butuh kader-kader untuk berani memulai mengkonsep sebuah sistem baku pasca perkaderan. Sederhana nya, arah kebijakan dan program kegiatan IMM harus mampu menyentuh ruang baru bagi kader-kader muda dengan semangat nya yang membara.  Memberi sentuhan paling mudah untuk mereka anggap hal itu bisa mereka lakukan tanpa harus merasa takut gagal. Konsep sistem ini sebenarnya kondisional juga sih, arti nya IMM sebagai wadah apresiasi dan potensi kader sebisa mungkin mampu menganalisa hingga menggali kemampuan kader yang bisa di latih baik di dunia organisasi, akademisi maupun sosial. 


Sama hal nya saat kita akan berperang, kita butuh senjata sebelum melawan musuh. Di tahap ini, IMM harus mempersiapkan diri dengan keadaan "jenuh" kader nanti nya. Sehingga, kader-kader dengan kemampuan mengkonsep sistem itu untuk di jadikan sebuah narasi baku dan aplikatif sangat di perlukan agar jelas, kemana arah pembinaan dan bimbingan kader ini setelah melaksanakan perkaderan formal. Kita berusaha memahami mereka yang baru hadir di dunia organisasi, mengapresiasi semangat mereka dan mengerti jika mereka suatu saat akan berfikir tentang kebermanfaatan apa yang bisa mereka dapat di organisasi. Itu rasanya PR besar untuk kita semua. Agar, saat kader-kader muda ini mulai jenuh dengan kegiatan IMM, kita sudah punya senjata untuk membawa kembali semangat mereka berorganisasi.


Receh banget sih nih tulisan, tapi semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Barbie Land

Lili Putih

Jodoh Seorang Aktivis