Kisah Bulan Juni
Dua
Permata yang Telah Pulang
Kisah di bulan Juni kali
ini akan sedikit memberi kesan dan pesan untuk saling mengikhlaskan. Teruntuk
kita yang mengenal baik 2 sosok cerminan KH.Ahmad Dahlan dan Nyai Siti Walidah
di peradaban ini, mungkin masih mencoba belajar untuk melepaskan.
Rasanya baru saja pekan
lalu hadir untuk mendoakan ibunda tercinta Hj. Fauziah, sosok Perempuan ‘Aisyiyah
dengan banyak perjuangan dan pengorbanannya yang bisa di rasakan saat ini.
Masih lekat di ingatan, lebaran tahun lalu mengunjungi beliau di rumah pribadi
sekaligus rumah yatim piatu Nur’ Fauzi putri di bawah asuhan ‘Aisyiyah. Dari sosok
beliau mungkin kita bisa belajar untuk mengamalkan surah Al-Ma’un, dengan
ikhlas beliau menjadikan rumah pribadi beliau juga sebagai tempat tinggal bagi
hampir 20 anak yatim piatu.
Suasana asri nan indah sambil
mencoba kue kering buatan anak-anak asuhnya, ada pesan yang beliau sampaikan ke
kami. “Bunda sudah enggak bisa
kemana-mana, kalian nanti yang meneruskan ‘Aisyiyah ya”, seketika titipan
itu terasa berat untuk di kabulkan dan itu jadi pesan terakhir yang beliau pada
Idul Fitri tahun lalu. Masih ingat di benak, sambil berpegangan dengan tongkatnya
keluar dari kamar menuju teras, sambutan hangat dan senyum manis beliau mampu
menutupi kondisi beliau yang telah sakit dari tahun lalu. Namun rasanya kedatangan
kami seakan bisa menjadi obat beliau untuk sehat. Sosok beliau yang selalu
mendukung kegiatan IPM, sekalipun kami mengunjungi beliau hanya sekedar untuk
meminjam bantal.
Takziah kemarin juga mengetuk
setiap hati yang datang malam itu, Gedung Dakwah Muhammadiyah saat ini yang
berdiri megah juga tidak lepas dari pengorbanan bunda Fau atas nama persyarikatan.
Beliau menghibahkan perhiasan intan permata beliau untuk di jual dan seluruh
hasilnya di serahkan ke Muhammadiyah untuk pembangunan Gedung Muhammadiyah
Kalbar. Sekali lagi, beliau jadi salah satu sosok terbaik untuk belajar mengikhlaskan.
Untuk sosok kedua yang
baru saja kita ikhlaskan kepergiannya, sosok sederhana yang sering hadir diantara
shaf sholat Magrib dan Isya di Masjid At-Tanwir. Ayahanda Azron, Ketua PWM Kalbar
sekaligus ketua Pembina Masjid At Tanwir, untuk kisah beliau yang ku ingat saat
itu adalah ketika kami sedang mempersiapkan agenda IPM, lalu salah seorang
ayahanda menghubungi kami memberi kabar bahwa Ayahanda Azron sedang berada
dirumah sakit.
Sentak yang membuat bingung,
kagum sekaligus sedih adalah beliau menceritakan selesai melaksanakan Sholat Isya
di Masjid At-Tanwir beliau merasa pusing dan sakit serta keram, sehingga beliau
memutuskan untuk menuju Rumah Sakit Kartika Husada sambil mengendarai sendiri
mobil pribadi beliau. Membayangkan nya mungkin juga membingungkan ya, sekuat
itu beliau menahan sakit dan mungkin karena faktor usia, ketika sampai di lobby
rumah sakit menuju UGD beliau langsung di bantu perawat karena sudah sangat
lemah.Saat menjenguk pun, beliau masih saja bisa tertawa menceritakan
pengalaman beliau kerumah sakit sendiri, padahal beliau baru saja menjalani
operasi karena sakit diabetes yang sejak lama beliau idap.
Beliau juga menjadi sosok
yang banyak memfasilitasi sebagian besar agenda IPM.. Setiap kali kegiatan
ceremony atau pelatihan di Masjid At Tanwir, layaknya anak sendiri dengan
yakinnya beliau memberikan fasilitas yang ada di At-Tanwir, bahkan di beberapa
agenda IPM Masjid At-Tanwir juga sering membantu kami baik secara moril maupun
materil. Untuk sekali lagi, hari ini kita telah belajar ikhlas dari salah satu
sosok pengayom terbaik bagi anak-anaknya.
“Kadang orang tua lebih
sering terlihat baik-baik saja di depan anaknya”
Komentar
Posting Komentar