Rasa Kisah

Pertengahan musim panas ini, Kana memulai kembali banyak kisahnya dari sekian jejak waktu menghantui langkah kecil itu. Membantu setiap rasa untuk kembali pada setiap peristiwa berharga baginya. Menyambut setiap nama bulan yang ia lalui dengan mimpi usang yang mulai berdebu sejak 3 tahun lalu. 

Mungkin berulang kali sempat ingin melanjutkan goresan setiap rasa kisah Kana dari setiap sosok yang dipertemukan hanya dari ketidaksengajaan.

Akhirnya Kana selesai dengan buku harian pemberian sosok indah di hidupnya, tidak pernah menjadi spesial namun ia cukup tangguh menyakinkan Kana untuk terus berusaha bernafas hingga hari ini. Buku dengan cover warna abu abu kusam itu sudah lama menemani Kana hingga halaman terakhir ceritanya. 

Ia tau, suatu saat buku tidak akan lagi menemani tidurnya setiap malam, karena untuk tetap berkisah Kana akan berteman dengan lebih banyak lembaran hidup. Perpisahan dengan buku usang itu membuatnya percaya, banyak kisahnya hanya tertinggal di buku itu, tapi tidak di hatinya.

Hidupnya kini tidak hanya tentang cara untuk bahagia, Kana senang dengan kegelisahan jiwanya yang terus mengikuti setiap kegembiraannya. Sedikit luka, namun tak apa. Hidup tak harus tentang tertawa. Semesta mungkin mengerti Kana di sepertiga keinginan Kana untuk berlari lebih cepat dari harapannya. Namun, senja sore selalu menenangkannya untuk mengobati sedikit terkaman sunyi malam hari. 

Tidak terlalu sunyi, Kana senang mendengarkan alunan lagu beriring tetesan hujan yang membasahi jendela kayu kamarnya. Berdiam tanpa harus menerima lebih banyak kemuakkan diri.

Katanya ada banyak cara untuk menyapa, entah mengapa Kana lebih senang duduk terdiam sambil menuang teh melati yang biasa ia pesan di kedai lama yang tak sengaja baru ia temui akhir tahun lalu. 

Mendengarkan suara hembusan nafas sendiri, rasanya lebih melegakan raganya dari pada harus menumpang kebahagiaan pada masa lalu yang sempat membuatnya membenci masa lalu. 

Akhir musim panas itu di tutup dengan teman baru Kana, buku dengan lembaran lebih banyak. Ia akan menemani Kana lebih berhati-hati untuk tidak pura-pura merasa berterima kasih. Mengadukan banyak kisah pada setiap rasa yang dinikmati Kana dengan tenang saat ini. 

Ia tau, banyak sosok yang menanti kehadiran kembali dirinya. Tapi, Kana tak ingin memaksakan setiap pencarian mereka adalah hutang budi hidupnya. Melepaskan semua tanpa melupakan setiap bait amanah yang tertinggal abadi di sisa relungan raganya. 

Ini bukan tentang kisah siapapun, Kana mungkin hanya ingin menjadi wakil kisah setiap rasa puan. Menuturkan kesempatan rapuh itu untuk lebih tegar dan siap dengan rintik hujan yang lebih deras di akhir tahun.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Barbie Land

Lili Putih

Jodoh Seorang Aktivis