Pasca di Kader Garis Merah

Kesekian kalinya, pandemi jadi waktu yang paling pas buat evaluasi diri. Hampir 8 bulan enggak ngapa-ngapain, akhirnya teringat dengan 1 janji yang belum sempat terealisasikan. Ingatan tiba-tiba mengarah pada pertanyaan instruktur yang bertanya "mengapa baru sekarang ikut pelatihan?", dengan keadaan ngantuk dan berusaha sadar aku jawab "setiap orang punya masanya dan setiap masa punya orang-orangnya", enough!!


Banyak hal yang menjadi pilihan untuk bisa sampai di titik ini, banyak pula harapan serta doa diri dan mereka yang terus membersamai. Aku sadar bahwa setiap perjuangan itu butuh ruang untuk istirahat, butuh ruang untuk mengevaluasi dan butuh ruang untuk belajar. Baru sadar kalau selama ini udah jauh melangit hingga lupa untuk membumi, udah lama ada di tangga teratas sampai lupa gimana cara turun kebawah dan udah terlalu lama mengaku berjuang sampai lupa kalau diri ini sebenarnya enggak ngapa-ngapain. 


Manusia (aku) itu cepat banget ya puas dengan apa yang sudah di dapatkan, seakan akan udah sampai di titik paling berhasil, padahal lakuin sesuatu aja belum tapi udah ngaku berjuang. 


Well, berusaha keras banget buat sadar diri kalau segala sesuatu yang show off itu harus terus di upgrade, orang udah bosen dengar ceritamu yang itu itu aja, saranmu yang enggak ada isinya dan sikapmu yang merasa paling berada. 


Woy!!! Lu masih kasta rendah..


Sepekan di pelatihan ini seakan banyak banget yang nampar, kayak mau bilang kalau aku tuh di sini bukan siapa-siapa, cuma peserta yang enggak boleh tidur walaupun udah ngantuk parah, dan yang selalu di kasi permen sama minyak panas biar mata tetap melek. Pelatihan ini membawa diri untuk mengingat tentang pelatihan yang sama saat masih di bangku SMA, cuma beda nya dulu selalu nunduk setiap kali dimarahi gara-gara nasi nya enggak habis, tapi kali yang ini harus merasa bodoh diri biar enggak menyanjung diri sendiri. 


Sampai pada akhir nya aku paham kalau banyak hal yang enggak aku tau, banyak pemikiran ku yang udah harus di upgrade dari dulu, ada banyak perilaku yang harus di perbaiki, dan banyak pengakuan hebat tentang diri dari mereka yang harus di buang jauh-jauh. Sudah lah, enggak ada manfaat senyum-senyum sendiri setiap kali posting tentang formalitas tapi kenyataanya aku enggak lebih hebat dari mereka. Belajar merendah tentang pengalaman, belajar bertoleransi dengan pendapat mereka, dan belajar tersenyum atas keberhasilan orang lain mungkin jadi catatan baru yang harus di inget terus biar enggak lupa daratan. 


Bingung gimana mau bilang "makasih udah mau nampar", please jangan bosen buat bilang SALAH kalau memang diri ini terlalu tinggi akan ekspektasi. Terima kasih untuk proses belajar yang tidak mengenal semester dan usia. Untuk adik-adik, kalian udah hebat banget milih jalan berbeda dari teman-teman kalian dan selamat karena kalian sudah tersesat di jalan yang benar, semangat berproses bersama-sama di garis merah.


Terakhir, terima kasih untuk izinnya dan kepercayaannya menambah 1 ruang lagi untuk belajar dan terus mengevaluasi diri.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Barbie Land

Lili Putih

Jodoh Seorang Aktivis