Bertemu Tuhan (Before : Aku di Dunia )

             Nama ku Aira, aku perempuan kelahiran 90’an anggap saja aku mahasiswa akhir yang dilema antara wisuda dan nikah. Aku anak pertama dari 5 bersaudara dan semua adik ku laki-laki, orang tua ku pun hanya lulusan SMA, kebayang kan kalau posisiku saat ini jadi penentu keberadaanku di KK. Maksud ku, aku di tuntut menjadi pelopor baik bagi adik-adik ku dan orang tua ku.

Sejak bangku sekolah, aku punya cita-cita menjadi seorang Psikolog dan mimpi itu pun terwujud, kini aku menjadi mahasiswi Psikologi di salah satu perguruan tinggi. Udah ya kenalannya, sekatang aku mau ajak kamu untuk mengajak bertemu Tuhan, mau ?

Semua di mulai saat aku menjadi seorang dancer di salah satu Lembaga Seni di kota ku sejak masih duduk di kelas 3 SD. Alasannya cuma 1, mama mau anak gadis nya ini jadi pemberani dan percaya diri dengan potensinya sendiri. Receh sih, cuma aku faham jika mama tau kalau sejak SD aku sempat menjadi korban bullying dini.

Hingga saat aku duduk di bangku SMP, aku sadar jika dunia tari membuatku  menjadi perempuan sok berani dan enggak takut lagi saat harus memilih melawan ketika aku di bully. Agak serem ya, tapi tenang aku melawannya dengan prestasi ku kok.

Namun, saat masuk SMA aku sampai di titik dimana semua kebahagiaan ku bertemu jati diriku itu berubah.

Percaya enggak? Saat aku ngomong ke mama kalau aku mau pakai gamis dan rok, itu jadi sebuah kebahagiaan bagi mama yang semangat banget untuk membelikan ku beberapa rok dan gamis. Mungkin dalam hati mama..

“Alhamdulillah anak gadis ku udah mau pakai rok”

Jumat, 31 Agustus 2014 menjadi hari dimana Tuhan mengirimkan pesan pertamanya untuk ku segera menemui nya. Hal yang perlu kamu tentang Aira, anak yang selalu punya 1000 alasan saat dia ngantuk, dia bisa pura-pura pusing supaya di izinin tidur siang saat sesi materi.Tapi, kayaknya pesan pertama itu aku terima saat aku tiba-tiba terbangun dan melihat kakak kelas ku bersama seorang perempuan asing tengah berbicara dengannya.

Tidak Panjang perkenalan saat itu, hanya sebatas mengenal nama. Ternyata di hari itu, Tuhan mengirimku pesan yang nyata banget, perempuan yang ku sapa di ruangan itu berdiri di depan dan menyampaikan materi dengan judul “Kewajiban Menutup Aurat”, kamu tau 1 kalimat dari nya yang merubah hidupku setelah itu?

“Dek, kerudungnya jangan di buka tutup ya.”

Sumpah, itu kalimat paling nampar yang pernah aku dengar, aku inget banget kalau aku sempat memohon untuk tidak melepas kerudung saat tampil di panggung namun hal itu di larang dan memaksa ku membuka nya saat banyak pasang mata melihatku.

Aku baru sadar jika pesan Tuhan di titipkan pada perempuan itu, aku menyapa nya kak Nuri. Berparas sederhana dengan jilbab Panjang dan tentunya pakai rok.

Pesan itu jadi tanda yang nyata kalau aku merasa Tuhan sedang menemuiku saat itu untuk membisikkan ku kalau ada hal yang harus aku tinggalkan.

Setelah pertemuan ku dengan kak Nuri dan pesan pertama itu ku terima, aku mulai gelisah setiap kali langkah kaki ini menapaki lantai dengan ketukan yang seirama dengan musik. Dan setelah 1 bulan Tuhan tidak lagi mengirimku pesan.

Malam itu mimpi seakan mengajakku bertemu Tuhan dan saat aku terbangun, aku menemui mama dan mengatakan

“Ma, aku mau berhenti nari.”

“Lah, sayang lah kalau berhenti.”

Aku faham kalau kalimat itu akan menyakitkan mama, mama yang selalu bawain ayam KFC setiap aku mau nampil nari dan selalu nungguin kalau aku latihan sampai malam. Aku merasa itu pesan kedua Tuhan untukku, seakan berkata

“Kamu enggak malu buka tutup kerudung?”

Aku enggak nyangka, kalimat Kak Nuri membuatku berani untuk mengambil sebuah keputusan besar dalam hidupku, hampir 7 tahun dunia tari membuatku se percaya diri ini tiba-tiba aku tinggalkan hanya karena aku tidak mau lagi helaian rambutku sengaja aku perlihatkan ke orang hanya karena aku ingin semuaorang tau kalau aku hebat.

Setelah keputusan itu ku ambil rasa nya itu kayak motong tali untuk menyambung simpul tapi dengan ujung tali berbeda, masalahnya adalah aku enggak tau apa ujung tali yang lain itu bisa kuat menyakinkan ku untuk bertahan lebih lama di Bumi.

Hal terberat saat itu adalah saat aku di minta menjadi rombongan dari sanggar ku untuk berangkat ke Makassar dalam sebuah festival perwakilan Provinsi ku.

Keputusan ku meninggalkan dunia tari karena malu memperlihatkan aurat ternyata adalah pesan ke tiga dari Tuhan, dan kayaknya Tuhan mau kasi aku hadiah atas keberanian ku untuk istiqomah dengan hijrah ku. 1 bulan sebelum keberangkatan teman-teman sanggar ku, ternyata Tuhan membawa ku lebih dahulu ke tempat yang sama yaitu Makassar namun bersama orang-orang yang berbeda.

Untuk pertamakali nya aku percaya jika itu bukan pesan ke tiga, tapi aku memang sedang bertemu Tuhan yang menemani ku sampai di Kota Angin Mamiri. Sejak saat itu, aku selalu takut saat sehelai rambutku terlihat, cemas ketika lupa membawa kaos kaki cadangan saat hujan turun, malu saat di minta menari lagi.

Terlepas dari itu, aku nyaman dengan diriku sekarang. Karena aku percaya pesan Tuhan untuk bertemu dengan-Nya lewat Hidayah jauh lebih indah dari kebahagiaan yang sudah ku rencanakan.

Aku cuma mau bilang kalau aku enggak pernah takut mengambil keputusan saat hal itu adalah pesan Tuhan ku. Mungkin yang terbaik saat ini, bisa saja suatu saat di lepas untuk tetap menjadikan nya sebagai masa lalu dan agar kita bisa menjemput masa depan dengan versi bahagia yang berbeda.

Btw, Aku (Aira) mungkin sosok nyata yang kau kenal dalam hidupmu..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Barbie Land

Lili Putih

Jodoh Seorang Aktivis